
Senin, 5 Mei 2025. Hari ini saya akhirnya pulang ke Maba dari Ternate. Rencana ini muncul secara natural setelah kemarin sore saya berhasil ketemu dengan dua dari tiga dokter anestesi senior di Ternate. Belum lengkap, memang. Tapi cukup lah untuk hitung-hitungan setor muka dan membangun koneksi yang harusnya sudah saya bangun sejak dulu. Artinya, salah satu agenda penting saya di Ternate sudah tercapai. Waktunya pulang.
Kilas balik dulu sedikit ke Jumat malam. Nadia, teman saya—dokter anestesi juga—tiba-tiba menelepon. Katanya, rumah sakit tempat dia biasa nyambi di Ternate mendadak butuh anestesi, dan gak ada dokter anestesi di sana. Sementara dia sendiri sedang standby di Labuha, tempat tugas utamanya. Dia tahu saya punya backup residen di Maba. Maka dia minta tolong ke saya untuk backup dia membiuskan operasi di Ternate. Saya paham. Membantu kawan kalau sempat itu prioritas.
Tanpa pikir panjang, saya berangkat malam itu juga. Start dari Maba tengah malam, dan tiba di Ternate jam 7 pagi. Operasi dimulai pukul 8. Selesai operasi, saya lupa mengambil jam tangan saya yang tertinggal di ruang operasi. Saya pikir, ah nanti juga balik lagi, pasti ada operasi lanjutan. Tapi ternyata… itu sudah semua. Tidak ada operasi lagi. Sabtu-Minggu, saya cuma berdiam diri di rumah Nadia, yang bahkan tidak memberi tahu ayahnya bahwa saya nginap —ibunya tahu, sih. Jadinya saya berlagak kayak hantu, gak banyak gerak, gak banyak suara. Tiga hari awkward maksimal.
Hari Minggu, saya dengar para dokter anestesi di Ternate sudah pada kembali dari dinas luar. Saya pun menghubungi mereka. Harus lah ya, minimal ketemu. Apalagi saya sedang ada di wilayah mereka. Hasilnya, bisa jumpa dua dari tiga. Satunya lagi katanya harus berangkat ke Jailolo Senin pagi buat operasi.
Jadinya, saya memutuskan balik ke Maba hari Senin. Gak menunggu Selasa untuk ngejar ketemu yang satu itu. Kayaknya memang sudah waktunya pulang.
Senin pagi, saya naik ojek ke RS dulu, ambil jam tangan yang ketinggalan. Lanjut ke pelabuhan speedboat, menyeberang dari Ternate ke Sofifi. Dari sana, cari mobil lintas ke Maba. Perjalanan panjang khas Halmahera. Saya tiba di Maba jam 16:40 WIT. Rasanya badan minta direbahkan. Kupikir sudah waktunya istirahat.
Ternyata tidak.
Seusai Magrib, sekitar jam 18:45, saya dapat telepon dari Direktur RS. Katanya, saya diminta datang ke rumah Wakil Bupati untuk memberikan treatment nyeri. Saya sudah tahu kasusnya—pernah ketemu beberapa pekan lalu. Waktu itu saya dan internist sempat dipanggil juga, tapi saat itu internist cukup piawai meyakinkan beliau agar cukup dengan obat minum saja, tidak perlu tindakan. Tapi kali ini, Direktur minta saya datang dan langsung lakukan tindakan itu.
Untung saya sudah di Maba. Karena jujur, keberangkatan saya ke Ternate itu tidak lewat jalur izin resmi ke pimpinan. Main kabur aja. Kalau saya masih di Ternate dan Direktur tahu saya hilang tanpa kabar, bisa jadi masalah. Tapi karena saya sudah balik… ya, anggap saja beruntung. Sekarang tinggal menyelesaikan tugas tambahan ini sebelum benar-benar bisa rebahan.
Posting Komentar