
Hari ke-122. Selasa, 29 April 2025.
Baru bangun jam 11 siang. Tidak heran sih. Kemarin dihabisi oleh operasi beruntun. Katanya dua operasi, eh, jadi enam. Bukan karena tidak mampu handle enam operasi, tapi karena ruang operasinya cuma ada satu. Jadi waktunya molor, panjang sekali.
Semua dimulai sebelum saya sempat tidur malam kemarin. Ada rencana SC elektif di siang hari. Saya sempat berpikir, "Nanti saja, besok pagi-pagi saya visit pasiennya." Masih lama banget juga operasinya, kupikir begitu.
Eh, satu jam kemudian, dokter IGD menelpon. Katanya SC elektif itu diemergensikan. Mau operasi saat itu juga. Tapi petugas ruang operasi belum ada yang mengangkat telepon. Ya sudah, saya bilang, "Kalau pasien sudah siap ditransfer ke OK, baru kabari."
Lalu saya menunggu. Satu setengah jam kemudian, baru ada kabar. Jam tiga pagi, saya masih fresh. Maklum, belum tidur.
Operasi dimulai. Selesai jam lima subuh lewat sedikit.
Saya niat mau nunggu operasi pagi sekalian. Tapi rupanya dokter IGD jaga hari itu... busuk.
Busuk dalam artian aura. Ada mitos medis: kalau ada dokter tertentu yang jaga, pasien emergensi berdatangan tanpa henti. Biasanya dikaitkan dengan faktor "tidak mandi sebelum jaga." Takhayul medis. Tapi ya... kadang terasa nyata juga.
Empat operasi emergensi tambahan muncul. Masalahnya, keempat pasien ini belum siap administrasi dan laboratoriumnya. Jadi harus nunggu satu per satu. Ada yang nunggu setengah jam, ada yang nunggu dua jam.
Saya bertahan dengan bantuan kopi. Tapi sekitar jam lima sore, kopi sudah tidak mempan. Kantuk mulai menyerang brutal.
Masih ada satu operasi tersisa.
Last resort: gula. Roti manis. Darurat energi. Makan roti manis, minum air putih banyak-banyak. Saya bertahan sampai jam delapan malam.
Setelah semua selesai, saya pikir, "Begitu kena bantal, saya langsung bangun sudah hari Rabu."
Ternyata... ini masih Selasa.
Posting Komentar