banner curhatan tidak perlu

Malam sebelum berangkat ke bandara. Chaos.

Bukan karena bawaan belum dipacking. Bukan karena tiket hilang. Tapi karena hidup ini selalu pandai memunculkan kekacauan di waktu yang paling tidak tepat.

Mulai dari bocil yang tiba-tiba jadi manja maksimal. Mau tidur dipeluk, padahal biasanya bebas-bebas aja. Mau dibacakan cerita, padahal biasanya nonton Youtube sampai ketiduran. Lalu jadi mellow. “Papa kok harus pergi sih...” Waduh. Tusukan emosional itu tepat di jantung.

Di sisi lain, istri sudah aktif tugas. Kembali capek. Matanya sayu. Suaranya ketus. Tapi dia juga copy-paste kata-kata bocil. Chaos level dua, aktif.

Laptop yang baru diservis masih belum kembali. Powerbank yang biasanya ada, entah ke mana. Dan saya merasa ada sesuatu yang penting tertinggal, tapi tidak tahu apa. Perasaan semacam ini biasanya benar. Tapi baru ketahuan nanti… saat sudah boarding.

Dompet aman. KTP aman. Tiket digital aman. Tapi mental? Goyah.

Ada rasa enggan yang menggumpal di dada. Bukan karena malas berangkat. Tapi karena terlalu nyaman di rumah. Di sini hangat. Di Maba sunyi. Tapi harus pergi. Karena itu konsekuensi.

Chaos malam ini mungkin sederhana. Tapi terasa besar karena hati ini sedang berat.

Semoga esok perjalanan lancar. Semoga tidak ada lagi chaos tambahan di bandara.

Post a Comment