
Minggu, 23 Maret 2025. Hari ke-107 di Maba. Saya bangun kesiangan hari ini, karena semalam tidur pagi. Pola tidur rusak total.
Tidak ada hal spesial berbau pekerjaan belakangan ini. Sepertinya para dokter operator sedang tidak punya kasus yang ingin dibawa ke meja operasi. Saya makin tidak tahu harus ngapain.
Nanti hari Rabu saya akan pulang ke Makassar. Awalnya tiket saya Batik Air, berangkat jam 18.00 dari Ternate. Tapi kemudian—dengan gaya khas Lion Group—mereka mengubah jadwal sepihak jadi jam 15.00, dan pesawat yang semula Batik Air diganti jadi Super Jet. Seenaknya benar.
Setelah komplain, saya baru tahu bahwa pengalihan sepihak itu memberikan hak kepada penumpang untuk reschedule gratis satu kali dalam rentang waktu plus-minus tiga hari dari tanggal awal. Tapi ya sudahlah, saya terima saja. Daripada nanti malah tidak kebagian pesawat sama sekali. Lagipula saya tidak bawa bagasi. Kalau Batik Air dapat 20 kg, Super Jet cuma 15 kg. Lagi pula saya tidak berencana bawa banyak.
Keputusan maskapai itu mutlak. Biasanya tidak bisa diganggu gugat. Sama seperti keputusan pemerintah. Orang kecil seperti saya ya cuma bisa terima-terima saja sambil berdoa semoga tidak ada kejutan di hari H.
Sampai hari ini saya belum merumuskan apa saja yang perlu saya packing dari Maba, apa saja yang akan saya lakukan di Makassar, dan apa yang perlu saya bawa balik ke sini nantinya. Tapi yang paling meresahkan justru bukan itu.
Yang bikin kepala cenat-cenut adalah soal bocil. Dia libur sekolah. Artinya saya harus mengisi waktu luangnya. Mungkin saya perlu bikin rundown harian. Aktivitas-aktivitas yang tidak terlalu makan dana tapi tetap menyenangkan. Dan, yang penting, saya harus siapkan mental buat menolak segala bentuk keinginan konyol menghabiskan dana dari mamaknya bocil.
Jujur, saya tidak terlalu senang begini—berdiam diri, tanpa arah. Tapi segala yang ada tetap patut untuk disyukuri.
Mari manfaatkan waktu ini untuk hal yang bermanfaat... atau yang menyenangkan!
Posting Komentar