![]() |
| Gambar dokter kelewat ganteng ini adalah buatan ChatGPT. Aslinya gak kayak begini. |
Rabu, 5 Februari 2025. Saya bangun terlambat. Lama juga tubuh ini butuh waktu untuk pulih dari kelelahan. Jam 9 pagi baru melek. Itu pun masih leyeh-leyeh setelahnya.
Jam 10 pagi, ada telepon. Katanya pasien sudah ada di meja operasi. Itu pasien yang kemarin hampir saya batalkan. Oke, bergegas ke sana.
Katanya tadi ada gempa lagi. Ada satu orang yang merasakan gempa. Yang lain tidak rasa. Saya juga tidak sadar sih, tapi ada pemberitahuan dari grup tentang gempa ini. Kali ini peringatan bukan datang dari google.

Operasi selesai jam 14 siang. Lanjut visite ICU. Semuanya aman hari ini. Tidak ada urusan tambahan. Akhirnya, hari yang benar-benar ringan.
Tadi siang ada rencana pergi tahlilan malam ini di rumah almarhum Om Mano. Saya ajak si Afdal. Siapa tahu bisa dapat makan gratis. Sungguh motivasi oportunis yang tidak mulia. Tapi, katanya tidak apa-apa. Itu dianggap sebagai wujud sedekah terakhir dari almarhum untuk orang-orang sekitarnya. Jadi, saya terima saja.
Hari masih siang. Harus bikin apa sambil menunggu malam? Tidak ada ide. Ya sudah, tidur siang lagi saja.
Bangun tidur, masih sore. Belum malam. Oke, waktunya melakukan hal-hal yang seminggu ini malas saya lakukan. Agenda di Todoist yang terbengkalai karena terlalu lelah. Jadi saya mulai:
- Meditasi.
- Mengaji.
- Membaca buku.
Seharian ini, saya tidak video call sama bocah. Entah ke mana dia. Dipanggil lewat CCTV juga tidak menjawab. Sibuk kali.
Malamnya, mamaknya bocil mengirim WA. Katanya mau makan enak karena dia lagi kesal. Bisa kah?
Saya cuma jawab satu kata: "Berapa?"
Tak dibalas. Tak dibaca. Ya, gapapa. Toh, masih marahan. Lama juga ya, tahan-tahan gengsi begini.
Sudah malam. Waktunya tahlilan. Saya baru ingat sesuatu. Tahlilan ini ada yang menganggapnya bid’ah. Jangan sampai si Afdal berpikiran begitu juga. Kalau saya pribadi sih, tidak men-judge orang yang melakukan, tapi saya juga tidak melakukannya.
Sampai di acara tahlilan, ternyata ini sudah malam ketujuh. Sudah tidak ada makan berat malam-malam. Aduh, motivasi kita salah, Afdal!
Ya sudah, untungnya Kak Rahmat, penata anestesi, bilang, "Singgah ke rumah saja, ada kepiting. Hasil memancing."
Ya daripada salah strategi dua kali, kami ke sana. Malam pun berakhir tenang dan kenyang.

Posting Komentar