Senin, 27 Januari 2025. Hari ini tanggal merah. Kenapa ya? Isra Miraj? Tahun Baru China? Cuti bersama? Entahlah, saya sudah lama tidak memperhatikan kalender. Yang penting, libur. Tapi ya, apa artinya libur kalau kepala tetap penuh dengan beban pikiran?

Semalam saya mencoba tidur jam 12 malam. Bangun-bangun jam 9 pagi. Tidur 9 jam. Hebat ya? Seperti bayi saja. Tapi jangan salah, saya merasa beberapa kali terbangun di tengah malam. Saya ingat, soalnya mimpi saya aneh banget. Saya mimpi ketinggalan pesawat. Dalam mimpi itu, saya sampai beli tiket lagi di bandara, lalu ketinggalan lagi. Sampai tiga kali. Bayangkan, tiga kali! Sebelum saya sempat terbang, mimpi itu malah bubar karena saya keburu bangun. Apa maknanya, ya? Mungkin otak saya lelah mencoba menyusun logika hidup ini.
Masalah lain muncul dari kehidupan nyata. Hubungan ibu dan istri saya tidak pernah benar-benar baik. Sudah lama begitu. Saya merasa gagal sebagai suami dan anak. Sedih, tapi apa boleh buat. Hari ini ibu bilang rindu sama bocah. Mereka mau ajak main sebentar. Tapi masalahnya, mamaknya bocah lagi di rumah, tidak pergi ke mana-mana. Saya coba bicarakan kalau bocah mau diculik sebentar oleh eyangnya, paling cuma dua jam. Eh, mamaknya langsung bad mood. Tadinya moodnya sudah jelek karena tidak dapat uang kemarin. Sekarang tambah buruk lagi.
Pembicaraan kami berubah jadi argumen panjang soal uang. Katanya uang pas-pasan, tidak cukup, dan saya pelit. Kalau libur begini, kayaknya saya harusnya bertanggung jawab atas kebosanan mereka dengan memberi dana untuk jalan-jalan. Kalau saya tidak kasih uang, saya dibilang malas. Katanya kalau saya tidak malas, pasti saya sedang kerja karena pasti banyak dokter anestesi lain yang ingin libur dan cari pengganti. Heh? Memangnya segampang itu? Ini daerah terpencil, jauh dari mana-mana. Tidak ada rumah sakit swasta di kabupaten ini. Jarak ke tempat ramai saja satu jam. Ke rumah sakit lain yang terdekat? Entah berapa jam. Dan kalau mereka butuh saya, ya dicari dong. Saya ada di grup WA, lho. Jadi kenapa ini semua salah saya?
Saya marah. Saya menekan pengeluaran di sini sampai makan cuma sekali sehari, supaya di sana cukup. Tapi tetap saja saya disalahkan. Kesal. Chat WA istri saya langsung saya archive. Tidak mau baca lagi. Saya mencoba tidur seharian untuk melupakan semuanya.
Pagi tadi hujan. Di sini dan di sana. Ibu tidak jadi bertemu bocah. Ibu tahu kalau saya sedang kesal. Ibu hanya mengingatkan untuk sabar. Sore harinya, bapak mengirim doa-doa di grup WA keluarga. Kadang-kadang, kata-kata mereka sedikit membantu, tapi hari ini rasanya tidak cukup.
Siang tadi hujan berhenti sekitar jam 12. Saya cek Todoist, ternyata ada agenda mencuci. Ya sudah, saya mencuci. Tumben, ramalan cuaca di aplikasi tidak benar. Setelah selesai mencuci dan menjemur, saya pasang alarm dua jam. Begitu alarm bunyi, saya buru-buru mengangkat pakaian. Tepat waktu, karena hujan lanjut lagi setelah itu. Hidup di sini memang penuh ketidakpastian, bahkan soal cuaca pun bisa jadi drama.
Sisa hari ini saya habiskan dengan mencoba tidur lagi. Tapi pikiran soal uang ini benar-benar membuat saya stres. Padahal kalau dipikir, pekerjaan saya ini high paying job. Tapi entah kenapa, gaji setiap bulan selalu habis. Masalahnya, kata istri saya, itu salah saya. Kenapa? Karena bulan lalu saya pulang waktu dia dioperasi. Katanya saya tidak perlu datang karena sudah ada ibu mertua yang menemani dia. Memang sepertinya dia tidak pikirkan saya. Saya ini apa, tempat minta uang saja? Kesal sekali rasanya.
Setelah menyelesaikan semua agenda di Todoist, saya mencoba tidur lagi. Hati masih kesal. Begini-begini, sungguh cara yang tidak baik untuk menutup hari ini.
Posting Komentar