Minggu, 26 Januari 2025. Hari ke-51 saya di Maba. Bulan ini belum gajian, entah kenapa kepikiran terus. Bulan lalu sih sudah gajian. Tapi ya, sudah habis. Entah sejak kapan hidup ini jadi keras (dan mahal). Semalam saya tidak bisa tidur tepat waktu, karena memang belum ngantuk. Saya ini memang cenderung nokturnal. Kalau disuruh jadi kelelawar, mungkin saya bisa adaptasi tanpa pelatihan dulu.
Oh iya, si Alfitra akhirnya benar-benar berangkat tengah malam tadi. Saya pastikan dia memindahkan mobil dinas putihnya ke tempat yang tidak akan menjebak mobil dinas kuning saya. Jangan sampai saya kesulitan keluar parkir lagi seperti kemarin. Habis itu, saya mencoba tidur. Tapi siapa yang tahu pasti kapan tepatnya saya tidur? Mungkin tertidur jam 3. Atau 4. Atau mungkin 5. Jam biologis saya sudah rusak seperti alarm yang dilempar ke dinding.

Pagi ini saya bangun jam 9. Telat, ya? Bangun karena istri mengabari si bocah pagi ini ada les berenang. Biasanya, saya sensitif dengan suara ponsel, tapi ini tidak. Oh, mungkin karena tidur saya kurang, jadi sensor tubuh mati rasa. Anehnya, les berenang itu biasanya sore. Kok pagi? Dunia memang penuh misteri.
Saya coba tidur lagi, dan ketika bangun, eh sudah jam 3 sore. Video call dari mereka. Awalnya, suasana hangat dengan "Say hi!" dan tawa-tawa kecil. Tapi di tengah percakapan, ada selipan maut: "Mama minta uang." Saya langsung pusing tujuh keliling. Mungkin delapan sampai dua belas keliling, malah. Mau marah, tapi apa daya, uangnya memang sudah tidak ada. Ya sudahlah, tidur lagi. Setidaknya mimpi tidak menagih apa-apa.
Bangun-bangun sudah jam 17:30-an. Mereka menelpon lagi, melaporkan kalau di sekitar sudah tidak ada anak-anak untuk diajak main. Kupikir, mungkin anak-anak lain sedang libur panjang. Ini kan tanggal merah empat hari berturut-turut. Saya coba tidur lagi, tapi rasa lapar tidak bisa diajak kompromi. Akhirnya saya masak sebungkus Indomie, makan, lalu mandi sambil merenung: "Apa saja yang sudah saya lewatkan hari ini?"
Buka Todoist di hape saat mandi, sebuah kebiasaan multitasking yang tidak patut ditiru. Ternyata ini tadi adalah hari mencuci. Itu artinya, saya sudah kehabisan baju. Hari mencuci ini bukan sembarang hari. Saya selalu mengkombinasikan prakiraan cuaca dengan prakiraan kapan baju saya habis. Hasilnya, ya hari ini. Cek lemari? Kosong. Lihat kursi? Oh, masih ada kemeja yang saya pakai kemarin. Aman. Kolor juga masih ada yang bersih. Gak jadi telanjang. Cek tumpukan baju lagi, eh ada kaos yang sudah dua bulan tidak dipakai. Pakai saja. Solusi darurat selalu datang di saat-saat genting.
Sambil pakai kaos tadi, saya mikir soal keluarga di Makassar. Kalau ada uang lebih, saya mau kirimin mereka duit supaya bisa ke mal. Tapi, ya, apa daya. Uang ini hanya cukup buat kebutuhan harian. Maaf ya. Eh, ada chat dari bocil. Voice note. Kali ini, bocil minta uang juga. Ini siapa yang ngajarin, sih? Kok semua orang tiba-tiba jadi kolektor?
Semoga bulan depan gaji turun. Sekarang saya bingung mau ngapain lagi. Tidak ada rencana operasi. Tidak ada pasien di ICU. Tidak ada apa-apa. Mungkin saya harus tidur lagi. Tapi siapa yang tahu, tidur pun kadang terasa seperti pekerjaan berat. Kalau begini terus, saya bisa buka biro konsultasi soal cara membunuh waktu. Efek sampingnya cuma lapar. Ada yang minat?
Posting Komentar