Jumat, 31 Januari 2025. Bangun terlambat. Badan tetap lelah, padahal tidur mulai jam 11 malam. Betul-betul, sel-sel tubuh ini sudah tidak seperti sepuluh atau dua puluh tahun lalu. Susah relaksasi, sigap juga tidak. Padahal dulu, kalau ada suara ting dari SMS, pasti langsung bangun. Sekarang? Bahkan tadi subuh saya sempat ditelepon perawat ICU, mengangkat telepon, memberi instruksi (yang ternyata benar, terbukti dari rekam medis yang saya lihat pas visite ke ICU), tapi pas bangun pagi, saya tidak ingat detailnya. Hanya ingat bahwa saya sempat angkat telepon.

Sedemikian siangnya saya bangun, rencana awal untuk visite pasien di bangsal sebelum operasi berakhir dengan saya baru bertemu pasien di gedung OK sebelum dia masuk kamar operasi. Yassalam. Ini tidak saya banget.
Sebelum Jumatan, saya lelah dan lapar. Makan ayam geprek dulu. Lalu minum kopi hitam. Sejenak merasa hidup kembali.
Kemudian saya teringat: ini hari terakhir bulan Januari. Katanya, pencairan biaya pengganti penelitian dan ujian nasional Kemenkes akan ada di Februari. Iseng, saya kirim WA ke Pak Asda, pegawai (sekarang sih sudah bos) yang mengurus hal ini di kampus. Tapi pertanyaan saya tidak spesifik. Saya cuma nanya, "Mohon izin bertanya, Pak. Adakah info mengenai penggantian biaya ujian dan penelitian beasiswa Kemenkes, Pak? Terima kasih [emot high-five]." Dua menit kemudian beliau balas tiga huruf saja, "Ada."
Wow. Singkat. Padat. Ada! Tapi ada bagaimana, Pak?! Saya tidak berani tanya lebih lanjut. Gak enak. Dari dulu isi WA saya ke beliau isinya cuma nagih uang. Hidup ini keras, Bung.
Masalahnya, uang itu lumayan besar. Dan sudah hampir setahun belum diganti. Dan saya belum gajian. Info kabarnya, tahun 2024 lalu, gaji awal tahun dirapel di bulan Maret langsung tiga bulan sekaligus. Kalau tahun ini sama? Waduh. Mati saya.
Efek kopi hitam ternyata hanya bertahan beberapa jam. Sekitar jam 14 siang, saya mulai lemas. Badan rasanya perlu istirahat sebentar. Jadi, saya memutuskan untuk tidur siang.
Waktu tidur siang ini, saya mimpi istri. Ya, saya rindu sekali sama dia. Saya sayang sekali sama dia. Masalahnya, saya tidak punya uang untuk membeli perasaan kesalnya ini. Dan saya juga masih kesal karena dihina-hina tempo hari.
Begitu bangun, saya lupa kalau saya kesal. Yang saya ingat hanya rindu. Jadi, saya kirim WA, bilang rindu. Dia balas: "Hmm."
Beberapa saat kemudian, saya ingat lagi kenapa saya kesal dan tersinggung. Saya kirim WA lagi, "Oh iya, aku ingat kenapa aku kesal."
Dia balas, "Bye."
Ah, drama rumah tangga tanpa akhir.
Bangun tidur ini juga perut saya sakit. Tidak jelas kenapa. Mungkin ada yang salah dengan ayam geprek tadi? Entahlah. Dokter jaga IGD sudah mengabari rencana operasi buat besok, tapi mungkin saya tidak bisa visite pasien hari ini. Besok pagi saja. Badan rasanya tidak enak.
tidak ada manusia yang tenang, semua bergulat dengan masalahnya sendiri ya,
BalasHapuskadang saya hanya melihat dan berandai, enak ya jadi orang lain, hidupnya tenang, pekerjaannya bergaji tinggi tapi sama sekali tidak tahu apa yang dirasakan mereka dalam hati dan hari-hari nya
Posting Komentar