
Sebelum sampai di hari ini, mari kita kilas balik sebentar. Akhir Januari berjalan seperti roller coaster: kurang tidur, operasi bertubi-tubi, drama keluarga, dan momen absurd seperti masuk Losmen lewat jendela. Ada juga perihal gaji yang masih misteri sampai hari ini, rasa lelah yang makin menjadi, serta hubungan dengan istri yang penuh tarik-ulur. Meskipun begitu, hidup terus berjalan—entah dengan kopi atau tanpa kopi.
Minggu, 2 Februari 2025. Saya bangun dengan segar. Segar sekali. Sedemikian segarnya, saya tidur lagi.
Bangun berikutnya karena telepon dari Bapak dan Ibu, menanyakan versi PDF kartu NPWP mereka yang mana. Saya tunjukkan file PDF-nya, lalu... tidur lagi. Tidur pagi terasa begitu nikmat karena hujan. Kalau tidak hujan mungkin saya akan lari pagi.
Jam 8 pagi, notifikasi masuk dari ICU. Pasien post-op laparotomi saya gula darahnya naik sampai 400-an mg/dL. Tidak ada riwayat diabetes. Kemarin-kemarin, gula darahnya juga tidak pernah di atas 200 mg/dL. Semoga bukan sepsis. Saya kasih instruksi lewat WA dulu, lalu berencana ke ICU begitu instruksi saya sudah dijalankan.
Si bocah menelpon. Dia tampak gembira sekali. Rapi. Sudah mandi. Pakai gaun ungu cantik. Rambutnya diikat dua. Sementara video call, terdengar suara mamanya dari kejauhan, "Jangan kasi lihat muka Papamu, Mama masih kesal." Oke. Jadi wajah mamaknya tidak kelihatan.
Si bocah iseng mengatur kamera supaya ada momen curi-curi ketemu muka kami berdua. Dari sekilas yang saya lihat, sepertinya wajah istri saya menunjukkan bahwa dia bisa saja baikan kalau dirayu. But I don't think so. Saya ingin dia yang minta maaf duluan. Sudah cukup sering saya yang minta maaf lebih dulu, dan ujung-ujungnya dia tidak merasa salah.
Saya bilang, "Coba mana Mama? Suruh minggir. Papa ndak mau lihat."
Langsung ngambek lagi dia. Hahaha. Lalu istri bilang, "Udah video call-nya, Nak. Mama mau pakai hapenya." Kami dadah-dadah, telepon ditutup.
Hari ini ada wajah baru di Losmen. Pengganti si Alfitra sudah datang. Namanya Afdal. Sebelumnya dipanggil Zuhri, tapi sekarang kembali jadi Afdal lagi. Semalam dia baru tiba di Losmen. Katanya langsung tepar.
Siang ini, dia bilang ingin membicarakan jadwal. Direktur sebenarnya mau kalau semuanya aktif, tapi menurut saya itu pemborosan tenaga. Jadi saya dan dokter anestesi lainnya membagi tanggal. Karena saya standby, saya membebaskan junior yang datang stase di Maba untuk memilih dia mau aktif di tanggal ganjil atau genap.
Tapi sepertinya dia tidak punya banyak pilihan, karena saya sudah mencaplok pasien besok. Jadi, mulai besok—tanggal ganjil—itu hari saya. Begitu terus sampai akhir bulan, kecuali ada kejadian luar biasa.
Baru juga membahas sedikit soal jadwal, ternyata memang ada kejadian luar biasa. Si Afdal mau izin akhir bulan.
Ebuset. Baru datang, sudah mau kabur.
Katanya istrinya mau wisuda di akhir bulan ini, jadi dia harus ke Jakarta. Understandable. Tidak masalah. Tapi sepertinya si Afdal ini nanti bakal lebaran di Maba. Hahaha. Soalnya, akhir Maret nanti, giliran saya yang mau kabur.
Hari ini hari mencuci. Benar saja, pagi hujan, siang terik, sore kembali gerimis. Nice timing.
Setelah mencuci, saya ajak Afdal ke rumah sakit, lihat ICU, OK, IGD, lalu ajak ke tempat makan, ke pom bensin, lalu balik ke Losmen. Setelah itu, saya bocorkan password WiFi. Si Afdal langsung main Mobile Legends.
Sementara itu, saya balik lagi ke rumah sakit karena ada pasien tambahan buat besok. Setelah semua urusan beres, saya balik ke kamar dengan niat hibernasi.
Sebenarnya, tidak benar-benar hibernasi. Saya hanya melanjutkan apa yang saya rencanakan di Todoist.
Posting Komentar