Dahulu kala, saya pernah membuat blog untuk asal menulis saja, plus belajar monetisasi. Tema yang diambil, tidak lain dan tidak bukan, adalah tentang bahan kuliah saya waktu S1 dulu. Saya berandai-andai, di masa itu, bahwa suatu hari kelak saya bisa berbagi ilmu dan mendapatkan uang dari kegiatan ini. Sungguh pemikiran yang polos dan naif.
Harus saya akui, impian saya itu berujung pada kesadaran akan jati diri saya bahwa saya ini pamalas. Di masa itu, saya malas datang kuliah dan tentu saja tidak punya bahan kuliah. Ya, gimana juga mau punya bahan kuliah, kalau hadirnya bukan di kelas, tapi di lokasi kebakaran, banjir, atau bencana lain. Atas dasar itu, saya tidak bisa melanjutkan apa yang saya ingin tuangkan. Lagian apa yang mau dituangkan kalau sumbernya tidak ada. Saya mungkin termasuk prototipe mahasiswa abadi yang tidak akan lulus selain karena belas kasihan.
Saking malasnya saya dulu, tidak heran kalau sering tidak lulus ujian mata kuliah. Satu-satunya momen saya betul-betul belajar dengan giat adalah saat akan ujian nasional dokter Indonesia, disingkat UKDI, yang herannya bisa saya lulusi hanya dengan belajar beberapa bulan. UKDI jaman saya belum ada yang namanya bimbingan belajar yang berbayar itu, jadi apa boleh buat saya belajar sendirian. Sendirian karena teman angkatan saya sudah lulus duluan, dan saya terlalu malu untuk ikut belajar dengan junior angkatan.
Singkat cerita, saya berhasil jadi dokter, dan blog saya yang asal-asalan dan tidak ada serius-seriusnya itu secara ajaib bisa dipasangi adsense. Jangan tanya saya sekarang bagaimana caranya saya melakukan itu dulu, saya juga sudah lupa. Tampilan ala kadarnya, isi kosong melompong, dan nama tidak sedap itu bersatu padu dalam blog saya yang berjudul dokter aneh. Penghasilan blog itu setelah lebih dari 1 dekade saya cek cuma 18 USD. Sungguh teramat sangat tidak produktif. Benar-benar menggambarkan saya.
Meskipun kesannya tidak serius, saya juga punya cabang ilmu kedokteran yang menurut saya menarik. Saya tertarik dengan anestesiologi sejak awal. Sejak koas. Entah karena waktu di masa kuliah (pra-koas) saya jarang masuk kuliah sehingga tidak tahu ada spesialisasi seperti ini, atau memang tidak pernah dipaparkan ruang lingkup kerjanya di masa itu. Saya tahu tentang ini pertama kali memang saat saya koas. Ini adalah satu-satunya cabang ilmu kedokteran yang saya minati murni karena ilmunya. Kalau cabang ilmu kedokteran yang bisa saja saya minati karena melimpahnya penghasilan, waktu luang, atau pesonanya sebetulnya cukup beragam. Akan tetapi, menurut pikiran saya di masa itu, prinsipnya kalau seseorang bekerja di bidang yang dicintainya maka seseorang itu tidak akan merasa bekerja sama sekali. Saya akui, saya ini pemalas. Pemalas itu tidak suka kerja. Saya pikir ini sudah yang paling benar.
![]() |
| Judul dan tagline blog dokter aneh, link pada gambar. |
Nama dokter aneh sebetulnya adalah pelesetan cita-cita dan kesan kolektif terhadap saya oleh teman-teman secara realistis. Yang artinya, kalau saya dideskripsikan dengan singkat, maka aneh adalah predikat yang paling relevan. Unsur pelesetannya karena saya bercita-cita menjadi dokter aneh-stesiologi.
Sampai saat tulisan ini dibuat, saya masih menjadi seorang dokter yang aneh menurut kebanyakan teman dan mungkin saja pasien saya. Apakah menjadi dokter atau menjadi orang aneh saya pikir adalah dua hal yang berbeda. Bisa saja seseorang yang terlihat normal di luar sana adalah orang yang aneh dari dalam jiwanya. Dan bisa saja orang yang dari luar kelihatan aneh, tidak biasa, nyentrik, sebetulnya adalah orang yang normal-normal saja dalam aspek kehidupan lainnya. Hal yang aneh dalam diri saya, saya pun tidak tahu. Saya tahu bahwa untuk bersikap normal, saya merasa tersiksa. Normal atau aneh di sini adalah perbedaan bagaimana berinteraksi dengan orang lain, cara berpikir, cara bertutur, cara bekerja.
Terus, kenapa ada daily Ojik? Jadi, setelah satu dekade lebih, saya mulai berpikir kalau kata aneh itu mungkin tidak relevan, tidak sesuai, dengan citra seorang dokter. Dokter terikat dengan etika kedokteran, dan perbuatan aneh-aneh saya, di masa lalu dan di masa kini, tidak sesuai dengan hal tersebut. Blog daily Ojik hadir sebagai pengganti dari dokter aneh. Bukan. Akses ke blog dokter aneh sama sekali tidak hilang. Blog itu masih bisa diakses, masih bisa membuat artikel baru. Hanya saja, entah kenapa rasanya makin hari makin tidak pas. Apakah ini pertanda bahwa saya kehilangan rasa aneh seiring bertambahnya usia? Sungguh betapa banyak hal tercela yang ada dalam diri saya ini, tapi saya sangat berharap saya bisa menguasai suatu ilmu yang saya nikmati menjalaninya dan sekaligus bisa menolong orang banyak. Sebaiknya tulisan ini ditutup sampai di sini saja karena rasanya makin cringe. Sudahlah.

Posting Komentar